Selasa, 13 April 2010

Pemikiran Jalaludin Rakhmat Tentang Dakwah Islam


A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, berkualitas dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang adil. Sebuah tatanan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari berbagai ancaman, panindasan, dan berbagai kekhawatiran.[1]

Hal senada juga diungkapkan oleh abdul Basith dalam bukunya Wacana Dakwah Kontemporer. Dia berpendapat Islam yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw merupakan agama dakwah, yakni agama yang membawa ajaran-ajarannya untuk disampaikan kepada umat manusia. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan langsung olah al-Qur’an, “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya…(Qs. al-Maidah: 67).

Konsekuensi logis dari keberadaan Islam sebagai agama dakwah, maka Islam membutuhkan eksistensi dan peran dakwah. Dakwah merupakan sarana vital bagi proses perkembangan dan kemajuan islam, baik pada masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, dakwah merupakan sebuah keharusan bagi umat islam. Apalagi setelah Rasulullah wafat, kewajiban dakwah manjadi sebuah keniscayaan dan menjadi doktrin ilahiyah yang dinyatakan langsung di dalam al-Qur’an surat al-Imran ayat 104, “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kapada kebajikan, menyeruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. Bagi seorang muslim, dakwah merupakan darah bagi tubuhnya. Artinya dakwah merupakan keharusan bagi seorang muslim untuk melaksanakannya.

Secara historis, kehadiran dan peran dakwah senantiasa berinteraksi dengan dinamika atau perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.[2]

Mengingat dakwah tidak terlepas dari masyarakat, maka perkembangannya pun seharusnya berbanding lurus dengan perkembangan masyarakat. Artinya, aktifitas dakwah hendaknya dapat mengikuti perkembangan dan perubahan masyarakat. Selama ini aktifitas dakwah jauh tertinggal dengan perkembangan dan perubagan masyarakat sehingga dakwah terkesan jalan di tempat. Dakwah belum dijadikan pedoman atau panduan oleh masyarakat dalam menghadapi perubahan yang terjadi.

Dakwah merupakan ikhtiar untuk menanamkan keyakinan, menumbuhkan sikap, dan mendorong perilaku manusia menurut nilai-nilai aqidah islam agar dapat terealisasi dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat. Dengan demikian umat islam betul-betul menjadi umat yang terbaik (Khairul Umat), umat yang adil, serta terpilih (Ummatan Washatan).[3]

Hal senada juga di utarakan oleh Sukriyadi dalam bukunya Sembilan Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah. Dia berpendapat bahwa dakwah di perlukan dan di butuhkan untuk mengaktualisasikan Syahadat Ilahiyyah ke dalam kenyataan hidup dan kehidupan manusia[4].

M. Arifin dalam bukunya Psikologi Dakwah, mengungkapkan bahwa dakwah merupaka kegiatan yang bersifat mengajak baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah-laku dan sebagainya. Dakwah dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik sacara individual maupun kelompok agar timbul di dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama yang di bawa oleh aparat dakwah.

Dalam menjalankan aktifitas dakwah, terdapat tantangan, halangan, dan rintangan yang disebutkan diatas,[5] datang secara silih berganti sesuai dengan keadaan dan kebutuhan jaman. Namun demikian apapun alasannya, Amarma’ruf Nahi Munkar harus tetap dilaksanakan dalam kondisi bagaimanapun, kapanpun, dan dimanapun.

Maka dari itu, diperlukan sebuah upaya pengelolaan (manajemen) yang efektif dan efisien dengan memperhatikan semua unsur yang terkait di dalamnya. Semua unsur tersebut itu merupakan satu integritas yang saling mendukung dan tidak dapat di pisahkan.

Adapun unsur-unsur yang di maksud adalah sebagai berikut; Pertama, Da’i (komunikator) adalah subjek dakwah, yakni orang yang menyampaikan pesan dakwah (materi dakwah); Kedua, materi dakwah (ajaran islam), merupak isi pesan yang hendak disampaikan; Ketiga, metode dakwah, yaitu suatu rangkaian cara yang digunakan oleh da’i untuk mengampaikan pesan tersebut; Keempat, media dakwah, yaitu perangkat keras (alat) yang digunakan untuk menunjang penyampaian isi pesan dakwah; dan Kelima adalah mad’u (komunikan), yaitu objek dakwah atau orang yang akan menjadi sasaran dari aktifitas dakwah.[6]

Aktifitas dakwah yang berkembang di tengah masyarakat sekarang telah berkembang dalam bentuk beraneka ragam. Tetapi persoalannya apa yang selama ini telah mekar tersebut ternyata masih belum mampu mencerahkan, mengentaskan, memberdayakan dan mendewasakan masyarakat. Kenyataan yang ada, banyak aktifitas dakwah yang digerakan oleh berbagai elemen ormas yang terjebak karena pelembagaan organisasi yang kaku, dan membatasi gerak umat.

Dakwah islam semestinya menjadi landasan bertindak dalam berkreasi bagi umatnya, yang akan memberi ruang guna mengekspresikan nilai-nilai ajaran agama sesuai dengan potensi maupun daya serap umat itu sendiri. Dakwah semacam inilah yang diperlukan, bukannya dakwah yang menciptakan penjara baru dengan berbagai perangkat peraturan yang mengekang umat.[7]

Fenomena yang terjadi saat ini, arus globalisasi melaju begitu cepat seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Hal itu ibarat pedang bermata dua, satu sisi memiliki kekuatan konstruktif dalam menata peradaban manusia, sisi yang lain mampu menghancurkan tatanan sosial yang telah berkembang.

Penemuan baru dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi telah menggiring masyarakat untuk melakukan berbagai perubahan budaya yang di awali dengan perubahan budaya komunikasi.[8]

Berbagai kegiatan komunikasi dakwah islam dalam segala aspek banyak di lakukan oleh tokoh-tokoh islam. Tokoh-tokoh dakwah yang melakukan berbagai formulasi dalam menyampaikan dakwahnya, seperti Jalaludin Rakhmat, M. Natsir. Mereka adalah pelaku dakwah yang membangun komitmen untuk mensyiarkan islam dengan lisan, tulisan, buku dan karya-karya ilmiah sebagai media dalam berdakwah.

Di antara kedua nama tersebut di atas, mungkin Jalaludin Rakhmat adalah yang paling populer dalam bidang Dakwah, komunikasi, dan kegiatan sosial. Karena beliau bukan hanya pelaku dakwah tetapi juga penulis buku -buku komunikasi, artikel dan karya ilmiah yang bernuansa dakwah islam.

Karena alasan itu pula, penulis lebih memilih Jalaludin Rakhmat sebagai tokoh atau aktifis dakwah yang terkemuka, beliau sangat peduli dengan kegiatan sosial kemasyarakatan, dan mau mengenal masyarakat lebih dekat, melalui karya-karya beliau.

Gaya tulisan yang khas dimiliki Jalal menjadikan setiap pembacanya seperti sedang berkomunikasi dengan penulis. Ciri khas tulisan beliau inilah yang kemudian oleh para pembacanya dijadikan media komunikasi. Ini membuktikan kedalaman pemahaman terhadap ilmu komunikasi yang dimiliki Jalaluddin Rakhmat. Beliau menganggap dengan komunikasi kita akan membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan pengetahuan dan melestarikan peradaban. Kang Jalal juga percaya bahwa, kualitas hidup kita, hubungan kita dengan sesama manusia dapat ditingkatkan dengan memahami dan memperbaiki komunikasi yang kita lakukan.[9]

Kang jalal adalah seorang da’i yang sejak dekade ’90-an sampai sekarang lebih tertarik pada materi-materi dakwah yang bernuansa sufistik (aspek batiniah) dari pada materi lainnya seperti fiqih. Kalaupun ia menjelaskan hal-hal yang bersifat fiqih sesungguhnya itu bukan keinginan beliau, tetapi karena jamaah yang menanyakan hal itu.[10]

Da’I menurut kang jalal harus menyesuaiakan dengan kondisi dimana kegiatan dakwah itu dilakukan. Karena dia memiliki tugas besar untuk membangun sebuah tatanan masyarakat yang bernuansa islam.[11]

Untuk itu, berangkat dari persoalan dan pandangan di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Dakwah islam Jalaludin Rakhmat. Besar harapan penulis, dari hasil penelitian ini mampu mendeskripsikan sebuah ide baru dalam aktifitas komunikasi dan dakwah islam sehingga hal itu dapat memperkaya khasanah ilmu dakwah islam yang harus selalu bisa memenuhi kebutuhan dan perkembangan zaman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, masalah yang teridentifikasi di atas, maka masalah yang penulis pilih untuk dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pemikiran Jalaludin Rakhmat Tentang Dakwah Islam”

C. Sistematika Penulisan

Guna mempermudah dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat sistematika sebagai berikut :

Bab I, merupakan pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II, berisi tentang Epistimologi Dakwah Islam Kontemporer adapun pembahasannya; Definisi tentang Dakwah Islam, Dakwah Persepektif Histories dari Era Komunal Hingga Modern, Dakwah Menjadi Disiplin Ilmu Modern: Sebuah Kajian Ontologis dan Epistimologis, Unsur-unsur Komunikasi dalam Dakwah islam; Satu Integritas yang tidak dapat dipisahkan, serta Dakwah Islam Melalui Buku dan Karya Ilmiah sebuah Alternative Komunikasi Dakwah yang tidak pernah hilang.

Bab III, tentang Kang Jalal sebagai Ikon Da’I melalui Lisan, Tulisan dan Buku Karya Ilmiah, dalam bab ini akan di bahas Sejarah Hidup dan Riwayat Pendidikan dan Perjalanan Spiritual Kang Jalal, serta Perjalanan Karier dan Karya-karyanya.

Bab IV, Dakwah islam dalam pandangan Jalaludin Rakhmat. Isinya meliputi visi Jalaludin Rakhmat, alasan Kang Jalal Memilih Buku dan Karya Ilmiah sebagai Media Dakwah islam, serta Kang Jalal dan Implementasinya dalam karya-karyanya.

Bab V, adalah penutup yang meliputi kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran dan kata penutup.

Daftar Pustaka

- Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004.

- Arifin. M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000.

- Basith Abdul. Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2006.

- Basith Abdul. Dakwah Antar Individu Teori dan Aplikasi”. Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama dengan Grafindo Litera Media, 2008.

- Munawir Fajrul. M. Jurnal PMI “Dialektika Islam Liberal dan Islam Fundamental”Catatan Pinggir Bagi Desain Pengembangan Masyarakat Islam. Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2003.

- Muchtarom Zaini. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: al-Amin dan IKFA Sunan Kalijaga, 1996.

- Rosyidi. Dakwah Sufistik Kang Jalal. Jakarta: Paramadina, 2004.

- Saeful Muhtadi Asep. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta: Logos, 1999.

- Sukriyadi Sambas. Sembilan Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah. Bandung: KP HADID Fakultas Dakwah IAIN Gunung Djati.1999.

- http://afkarcircle.blogspot.com/2009/08/komunikasi-dakah-jalaluddin-rakhmat.html

- http://afkarcircle.blogspot.com/2009/08/komunikasi-dakwah-jalaluddin-rakhmat_19.html



[1] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004. hal. 1

[2] Abdul Basith, Dakwah Antar Individu Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama Grafindo Literia Media, 2008, hal. 3.

[3] Zaini Muchtarom. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: al-Amin dan IKFA Sunan Kalijaga 1996. hal. 14.

[4] Sukriyadi Sambas. Sembilan Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah. Bandung: KP HADID Fakultas Dakwah IAIN Gunung Djati.1999. hal. 11.

[5] Abdul Basith, Wacana Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 2006. hal. 3-5

[6] M. Arifin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000. hal. 6.

[7] Fajrul Munawir. M. Jurnal PMI “Dialektika Islam Liberal dan Islam Fundamental”Catatan Pinggir Bagi Desain Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2003. hal.34.

[8] Asep Saeful Muhtadi. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Logos, 1999. hal. 45.

[10] Rosyidi, Dakwah Sufistik Kang Jalal, Jakarta: Paramadina, 2004. hal.114.

Pemikiran Amrullah Ahmad Tentang Dakwah Islam

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah yang berisi tentang petunjuk-petunjuk agar manusia secara individual menjadi manusia yang baik, beradab, berkualitas dan selalu berbuat baik sehingga mampu membangun sebuah peradaban yang maju untuk menjadi sebuah tatanan kehidupan yang adil. Sebuah tatanan yang manusiawi dalam arti kehidupan yang adil, maju, bebas dari berbagai ancaman, panindasan, dan berbagai kekhawatiran.[1]

Dakwah di dalam Islam merupakan masalah besar yang menyangkut hajat kepentingan masyarakat luas. Sebab pada kenyataannya Islam tidak mungkin berkembang tanpa adanya dakwah Islamiyah yang disebarkan oleh para tokoh-tokoh dakwah, karena dalam kehidupan Rasulullah amat sarat dengan kegiatan dakwah. Demikian pula yang dikembangkan oleh para sahabat, dan para penerus beliau.[2]

Salah satu tugas manusia sebagai khalifatullah di muka bumi adalah berdakwah yakni mengajak pada perbuatan baik (amar ma’ruf) serta mencegah perbuatan munkar (nahyi munkar).[3]

Dakwah Islam sendiri merupakan dakwah robbaniyyah yaitu cara untuk mengenalkan manusia terhadap Tuhannya, dan dakwah ‘alami (universal) diarahkan kepada seluruh manusia menurut ketentuan dakwah, manusia adalah satu saudara, satu asal, satu ayah, dan satu keturunan. Tidak ada yang lebih utama kecuali takwa kepada Allah swt.[4]

Dulu dakwah adalah tugas para Rasul dan nabi Allah. Tetapi setelah Islam datang, dakwah bukan hanya tugas yang dibebankan kepada Rasulullah SAW, melainkan menjadi tugas dari seluruh pengikutnya tanpa kecuali. Surat ali-Imran ayat 104 bisa dijadikan dasar bahwa dakwah adalah tugas kolektif seluruh kaum muslim, sebagaimana ditegaskan dalam ayat berikut:

`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”.(Ali-Imran: 104)[5]

Oleh karena itu, dakwah merupakan sebuah keharusan bagi umat Islam.[6] Dengan demikian dakwah diperlukan disiplin ilmu yang dapat memperkuat keilmuan dakwah baik yang bersifat teoritik dan aplikatif (praktik), baik menyangkut ilmu tabligh, ilmu pengembangan masyarakat Islam maupun ilmu manajemen dakwah.[7]

Hal senada juga diungkapkan oleh M. Arifin dalam bukunya Psikologi Dakwah, mengungkapkan bahwa dakwah merupaka kegiatan yang bersifat mengajak baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah-laku dan sebagainya. Dakwah dilakukan secara sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik sacara individual maupun kelompok agar timbul di dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama yang di bawa oleh aparat dakwah.

Dalam menjalankan aktifitas dakwah, terdapat tantangan, halangan, dan rintangan yang datang secara silih berganti sesuai dengan keadaan dan kebutuhan jaman. Namun demikian apapun alasannya, amar ma’ruf nahi munkar harus tetap dilaksanakan dalam kondisi bagaimanapun, kapanpun, dan dimanapun.

Maka dari itu, diperlukan sebuah upaya pengelolaan (manajemen) yang efektif dan efisien dengan memperhatikan semua unsur yang terkait di dalamnya. Semua unsur tersebut itu merupakan satu integritas yang saling mendukung dan tidak dapat di pisahkan.

Adapun unsur-unsur yang di maksud adalah sebagai berikut; Pertama, Da’i (komunikator) adalah subjek dakwah, yakni orang yang menyampaikan pesan dakwah (materi dakwah); Kedua, materi dakwah (ajaran Islam), merupak isi pesan yang hendak disampaikan; Ketiga, metode dakwah, yaitu suatu rangkaian cara yang digunakan oleh da’i untuk mengampaikan pesan tersebut; Keempat, media dakwah, yaitu perangkat keras (alat) yang digunakan untuk menunjang penyampaian isi pesan dakwah; dan Kelima adalah mad’u (komunikan), yaitu objek dakwah atau orang yang akan menjadi sasaran dari aktifitas dakwah.[8]

Aktifitas dakwah yang berkembang di tengah masyarakat sekarang telah berkembang dalam bentuk beraneka ragam. Tetapi persoalannya apa yang selama ini telah mekar tersebut ternyata masih belum mampu mencerahkan, mengentaskan, memberdayakan dan mendewasakan masyarakat. Kenyataan yang ada, banyak aktifitas dakwah yang digerakan oleh berbagai elemen ormas yang terjebak karena pelembagaan organisasi yang kaku, dan membatasi gerak umat.[9]

Fenomena yang terjadi saat ini, arus globalisasi melaju begitu cepat seiring dengan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Hal itu ibarat pedang bermata dua, satu sisi memiliki kekuatan konstruktif dalam menata peradaban manusia, sisi yang lain mampu menghancurkan tatanan sosial yang telah berkembang.

Penemuan baru dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi telah menggiring masyarakat untuk melakukan berbagai perubahan budaya yang di awali dengan perubahan budaya komunikasi,[10]dalam berdakwah.

Secara historis kehadiran dan peran dakwah senantiasa berinteraksi dengan dinamika atau perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Dalam kehidupan Rasulullah saw, batapa penting kehadiran peran dakwah memiliki arti yang signifikan bagi kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak hanya diperkenalkan dan di ajarkan tentang bagaimana hidup bermasyarakat dan bernegara.[11]

Menurut Amrullah Ahmad[12], bahawa Untuk menganalisa keadaan dakwah Islam yang permasalahannya yang semakin kompleks di tengah-tengah perubahan sosial, diperlukan suatu kerangka analisa makro untuk menjebatani kesenjangan antara pemikiran dengan realitas dakwah.

Pendekatan ini berangkat dari anggapan dasar bahwa dakwah Islam merupakan suatu sistem usaha merealisasikan ajaran Islam pada semua dataran kenyataan kehidupan manusia. Dalam pendekatan ini di gunakan teori umum sistem yang bersifat analitis, yaitu mengadakan konstruksi intelektual yang tersusun dari aspek-aspek realitas dakwah Islam[13].

Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dakwah Islam adalah mewujudkan pribadi muslim, kelurga muslim, jama’ah muslim, masyarakat yang berkualitas khaera ummah dan daulah thayyibah yang menerapakan syari’ah sehingga tercapailah Fallah dan khasanah di dunia dan di akhirat.[14]

Dari permasalahan-permasalahan yang penulis paparkan diatas, pemikiran Amrullah Ahmad menjadi sangat relevan, terkait dengan problem bangunan filosofis sistem dakwah Islam, karena sesungguhnya persoalan-persoalan yang nampak dalam praktek dakwah Islam itu di sebabkan oleh lemahnya landasan filosofis tersebut. Dari situlah, penulis tertarik untuk menyelami dan menziarahi pemikiran Amrullah Ahmad lebih dalam lagi untuk mengetahui seberapa besar peran dan konsep yang beliau gagas, terkait dengan persoalan-persoalan sistem dakwah Islam. Dan lebih sepesifik lagi, seperti apa sebenarnya pemikiran Amrullah Ahmad tentang dakwah Islam itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan, masalah yang teridentifikasi di atas, maka masalah yang penulis pilih untuk dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Pemikiran Amrullah Ahmad Mengenai Dakwah Islam?”.

C. Penegasan Istilah

Untuk memberikan gambaran yang lebih operasional tentang berbagai konsep yang terdapat dalam rumusan masalah, penulis perlu memberikan beberapa penegasan istilah tersebut, yaitu:

1. Pemikiran

Pemikiran, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai cara atau hasil berfikir. Dengan kata lain, berfikir adalah proses atau hasil refleksi manusia tentang sesuatu sehingga menimbulkan gagasan, ide-ide atau konsep-konsep yang tertuang dalam tulisan-tulisan.[15]

Dengan demikian, yang dimaksud dengan pemikiran adalah cara atau hasil berfikir Amrullah Ahmad terhadap sesuatu, sehingga melahirkan gagasan-gagasan, ide-ide atau konsep-konsep yang baru yang tertuang dalam tulisan-tulisan.

2. Dakwah Islam

Dalam pemahaman yang sederhana, Dakwah dapat di definisikan, sebagai berikut:

1. Secara terminologi dakwah berasal dari bahasa Arab, yakni da’a, yad’u da’watan yang berarti seruan, ajakan, dan panggilan.[16] Dakwah Islam adalah dakwah yang dipahami dan dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya, yaitu al-Quran dan as-Sunnah.

2. Islam sebagaimana yang telah kami jelaskan adalah agama dan kedaulatan. Esensi itu tidak di ragukan lagi oleh seorang muslim. Demikian juga Islam meliputi dakwah sekaligus penyerunya,[17] Supaya menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup seseorang).

3. Dakwah kita berciri khas ketuhanan tidak lain karena dasar arah kita seluruhnya adalah pengenalan manusia terhadap tuhannya.[18]

Jadi, dakwah Islam adalah dakwah yang dipahami dan dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai, ajaran dan sumber hukum Islam untuk membudayakan dan mewariskan ajaran dan hukum-hukum Islam pada masyarakat, baik yang dilakukan individu terhadap individu yang lain atau kelompok pada kelompok (komunikan) yang lain.

D. Identifikasi Masalah

Sampai sekarang diakui atau tidak masih banyak masyarakat mempersepsikan dakwah sebagai kegiatan pidato, retorika, atau khutbah di atas podium yang bersifat verbal/lisan dan komunal saja. Padahal dakwah dapat dilaksanakan lebih daripada itu. Selain dengan lisan (bil-lisan), dakwah juga dapat dilaksanakan dengan perbuatan (bil-haal), bahkan juga bisa dengan tulisan (bil-qalaam).

Di tengah era yang bervariasi dalam pertarungan global, tentunya harus bisa menawarkan gagasan baru dalam melakukan dakwah. Baik di lembaga, media elektronik ataupun media cetak yang memberikan peluang untuk ide baru dalam berdakwah. Media cetak misalnya, buku-buku, karya ilmiah, Koran, disamping menjadi media pengetahuan, juga memberikan informasi yang bermanfaat bagi aktifitas atau pekerjaan dakwah. Karena materi pesan yang tertulis mudah untuk di pelajari kembali lebih mendalam.

Penulis akan menganalisis keunggulan pemikiran tulisan Amrullah Ahmad dalam melakukan formulasi dakwah Islam.


E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelami Pemikiran Amrullah Ahmad Tentang Dakwah Islam.

2. Manfaatnya Penelitian

a. Secara akademik dapat menambahkan dan memperkaya wacana dan khazanah keilmuan Islam, khususnya yang berkaitan dengan sistem teoritis dakwah Islam.

b. Diharapkan menjadi media pembangunan keilmuan pada wilayah praktik dakwah.

c. Memberikan kontribusi bagai siapapun yang mengkaji pemikiran Amrullah Ahmad, khususnya tentang Dakwah Islam

F. Telaah Pustaka

Pembicaraan seputar dakwah Islam, sesungguhnya sudah cukup banyak dikemukakan oleh para peneliti. Berbagai persepektif telah digunakan untuk membaca persoalan-persoalan dakwah Islam, dari yang bertitel sosial, politik, agama, agama, sampai pada datara landasan filosofis, baik yang ditulis dalam buku, makalah, jurnal, artikel maupun media lainnya. Semua itu dilakukan dalam rangka pengembangan sistem dakwah Islam dari kebekuan dan ketertinggalan menuju modernisasi sistem dakwah Islam yang mampun memberdayakan umat.

Sepanjang yang penulis ketahui, sampai penulis melakukan penelitian ini, masih sangat jarang peneliti yang secara khusus mengkaji pemikiran Amrullah Ahmad, kalaupun ada, hal tersebut hanya bersifat parsial, seperti yang dilakukan Samsul Munir Amin. Dalam bukunya yang berjudul Ilmu Dakwah”. Samsul Munir Amin mengkaji pemikiran Amrullah Ahmad sebatas kepentingan pemetaan atau tipologi model pemikiran filosofis dakwah Islam di Indonesia, sehingga ia lebih banyak mengkaji pemikiran Amrullah Ahmad dari sisi kajian filsafatnya.[19] Sedang yang akan penulis teliti adalah pemikiran Amrullah Ahmad mengenai Dakwah Islam secara lebih konprehensip.

Sebetulnya, wilayah kajian dakwah dapat dilihat dari berbagai dimensi. Menurut samsul munir amin melihat era milenium ketiga merupakan kelanjutan adanya era globalisasi, yang pada milenium ini muncul kemajuan-kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang maha dahsyat karena adanya akselerasi penyebaran informasi yang luar biasa, yang mampu menyebarkan kabar keseluruh dunia dengan sekejap saja.

Disadari atau tidak, bersama dengan derasnya arus globalisasi yang tidak dapat dikendalikan itu, kamajuan-kemajuan itu secara meyakinkan mengubah dan mengarahkan kebudayaan kita dan melebihi angan-angan kita. Yang terkena dampak modernitas kehidupan ketiga, sikap keagamaan pun di masyarakat kian berubah.

Menghadapi modernitas atau jargon yang meng-image-kannya, para aktifis dakwah akan dihadapkan pada persoalan yang diklasifikasikan sebagai berikut, pertama: persoalan internal, berkaitan dengan bagaimana umat Islam memahami ajaran Islam baik (normatif) ataupun (historis). Kedua persoalan eksternal; bahwa dalam realitanya Islam selalu berhadapan dan berinteraksi dengan kenyataan-kenyataan lain diluar Islam.

Setelah melalui penelitian mendalam penulis akan membahas Pemikiran Amrullah Ahmad Tentang Dakwah Islam. Namun selama penulis melakukan pencarian ternyata belum ada penelitian yang membahas hal tersebut.

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Ditinjau dari objek kajian dan tempatnya, peneliti masuk kategori penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan studi terhadap buku-buku yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas secara deskriptif-analitik malalui kajian filosofis dengan pendekatan kualitatif rasionalitik. Sehingga data-data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku, makalah, artikel dan berbagai karya ilmiah yang telah dihasilkan oleh Amrullah Ahmad, dalam hal ini terutama karya ilmiah tentang konsep dakwah sufistik modern.

2. Sumber Data

a. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber informasi langsung mempunyai wewenag dan tanggung jawab terhadap pengmpulan data. Sumber semacam ini disebut pula first hand sources of information atau sumber pertama.[20]

Yang menjadi sumber primer adalah karya-karya ilmiah Amrullah Ahmad, yaitu:

1. Amrullah, Ahmad, Makalah Konstruksi Keilmuan Dakwah dan Pengembangan Jurusan-Konsentrasi Studi, Unit Fakultas Dakwah IAIN Walissongo, (Semarang 19-20 Desember). 2008.

2. Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial (Seminar dan Diskusi), (Yogyakarta: PLP2M). 1985.

b. Sumber Skunder

Sumber sekunder adalah sumber informasi yang diperoleh bukan dari sumber yang pertama atau sumber yang memiliki data dan ia sendiri memperoleh data tersebut dari pihak atau orang lain, baik dalam bentuk tulisan, salinan, turunan ataupun sumber data yang dimiliki oleh bukan orang pertama.[21] Adapun yang menjadi sumber sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku, majalah, artikel yang relevan dan yang mendukung penyempurnaan data dari sumber pertama.

3. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan masalah yang bersumber dari buku, transkip, catatan, majalah, surat kabar, televise, Situs Internet dan lain-lain. Dalam sekripsi ini, menggunakan dokumentasi berupa buku dan majalah.

b. Metode Interview

Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan tujuan penelitian.[22] Interview penulis lakukan dengan Amrullah Ahmad untuk memperoleh data yang berkaitan dengan pemikirannya tentang dakwah isalam, sekali gus cross chek terhadap pemikiran Amrullah Ahmad yang telah penulis identifikasi dari setiap karya tulisnya, baik yang berbentuk buku maupun dalam bentuk karya tulis yang lainnya.

4. Metode Analisa Data

a. Content Analisis

Yaitu metode analisis yang digunakan untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang menggambarkan situasi dan kondisi masyarakat ketika penulis membuat karya tersebut.[23] Metode ini penulis gunakan dalam rangka untuk menggali dan mengungkap seluruh pokok-pokok Pemikiran Amrullah Ahmad Tentang Dakwah Islam yang tertuang dalam karya-karya Amrullah Ahmad, baik berbentuk buku maupun karya tulis yang lain.

b. Deduktif

Yaitu pembahasan yang didasarkan pada pemikiran yang bersifat umum, bertitik tolak pada pengetahuan umum kemudian disimpulkan dalam arti khusus[24]. Metode ini penulis gunakan dalam rangka untuk menyimpulkan pemikiran Amrullah Ahmad terkait dengan sub pokok pembahasan tertentu, yang sebelumnya telah penulis identifikasi secara keseluruhan dari pokok-pokok pemikiran Amrullah Ahmad melalui metode content analisis.

c. Induktif

Yaitu pada pemikiran dari fakta-fakta yang khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus konkrit ditarik generalisasi-generalisasi yang bersifat umum.[25] Metode ini penulis gunakan dalam rangka untuk mengetahui konsep utama Amrullah Ahmad. Di samping itu metode ini juga penulis gunakan dalam rangka menguji kembali validitas tentang konsep Amrullah Ahmad yang telah penulis simpulkan dengan menggunakan metode deduktif, sehingga dalam satu kesimpulan terkadang penulis memadukan antara metode deduktif dan induktif.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mencerna masalah-masalah yang akan dibahs, maka penulis menyajikan sistematika penulisan sekripsi, sebagai berikut:


1. Bagian Muka

Pada bagian ini memuat, halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar dan daftar isi.

2. Bagian Isi

Pada bagian isi secara garis besar terdiri dari lima bab antara satu dengan lainnya saling berhubungan karena merupakan satu kesatuan yang utuh. Kelima bab itu adalah:

Bab pertama, diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan gambaran umum penelitian ini yang meliputi: pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Penegasan Istilah, Identifikasi Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab kedua, diuraikan secara sistematis sistem dakwah yang meliputi, Pengertian Dakwah, Unsur Dakwah, Teori-teori Sistem Dakwah.

Bab ketiaga, dikemukakan tentang biografi dari Amrullah Ahmad yang meyangkut latar belakang keluarga, riwayat pendidikan dan karir Amrullah Ahmad, Latar Belakang Sosial dan Politik, Karya Ilmiah Amrullah Ahmad, Pola Pemikiran Amrullah Ahmad.

Bab keempat, dikemukakan mengenai sistem dakwah menurut Amrullah Ahmad, meliputi: sistem dakwah, materi dakwah, metode dakwah, media dakwah, kegiatan dakwah.

Bab V, adalah penutup yang meliputi kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran dan kata penutup.

3. Bagian Akhir

Pada bagian ini memuat: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat hidup penulis.


I. Daftar Pustaka

Ali. Muhammad. Strategi Penelitian Pendidikan. (Bandung: Angkasa), 1987.

Aziz, Moh. Ali. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Kencana), 2004.

Ahmad, Amrullah, Makalah Konstruksi Keilmuan Dakwah dan Pengembangan Jurusan-Konsentrasi Studi, Unit Fakultas Dakwah IAIN Walissongo, (Semarang 19-20 Desember). 2008.

Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial (Seminar dan Diskusi), (Yogyakarta: PLP2M). 1985.

Arifin, M., Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. (Jakarta: PT. Bumi Aksara), 2000.

Al-Bana, Hasan, Bai’at Jihad & Dakwah. (Yogyakarta: Nurma Idea Media), 2004.

Aziz, Jum’ah Amin Abdul, Fiqih Dakwah “Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam”. (Solo: Era Intermedia). 1997.

Arifin, Zaenal, Syi’ar Dedi Mizwar. (Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama dengan Unggun Religi). 2006.

Basit, Abdul, Wacana Dakwah Kontemporer. (Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama dengan Pustaka Pelajar). 2006.

Basit, Abdul, Dakwah Antar Individu Teori dan Aplikasi”. (Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama dengan Grafindo Litera Media). 2008.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya). 2005.

Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah). 2009.

Munawir, Fajrul. M,. Jurnal PMI “Dialektika Islam Liberal dan Islam Fundamental”Catatan Pinggir Bagi Desain Pengembangan Masyarakat Islam. (Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga). 2003.

Muchtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah. (Yogyakarta: al-Amin dan IKFA Sunan Kalijaga). 1996.

M. Dahlan Al-Barry, Pius A Partanto. Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: Arkola). 1994.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gajah Mada University Press). 2001.

Rosyidi, Dakwah Sufistik Kang Jalal. (Jakarta: Paramadina). 2004.

Muhtadi, Asep Saeful, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek. (Jakarta: Logos). 1999.

Sambas, Sukriadi, Sembilan Pasal Pokok-pokok Filsafat Dakwah. (Bandung: KP HADID Fakultas Dakwah IAIN Gunung Djati). 1999.

Usman Al-Hujwiri Ibnu. The Golden Soul “Menyelami Samudra Tasawuf dalam Menggapai Kebahagian Abadi. (Yogyakarta: Pustaka Hikmah). 1994.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Offset). 1995.
DAFTAR ISI

HALAMAN NOTA PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN MOTTO

HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN KATA PENGANTAR

HALAMAN DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Penegasan Istilah

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Telaah Pustaka

F. Metode Penelitian

G. Sestematika Penulisan

BAB II SISTEM DAKWAH

1. Pengertia Dakwah

2. Unsur Dakwah

3. Teori-teori Sistem Dakwah

BAB III BIOGRAFI AMRULLAH AHMAD

A. Latar Belakang Keluarga

B. Riwayat Pendidikan dan karir Amrullah Ahmad

C. Latar Belakang Sosial dan Politik

D. Karya Ilmiah Amrullah Ahmad

E. Pola Pemikiran Amrullah Ahmad

BAB IV SISTEM DAKWAH MENURUT AMRULLAH AHMAD

A. Sistem Dakwah

B. Materi Dakwah

C. Metode Dakwah

D. Media Dakwah

E. Kegiatan Dakwah

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-saran

C. Kata penutup

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR LAMPIRAN



[1] Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana, 2004. hal. 1

[2] Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah, 2009. hal. xx

[3] Zaini Muchtarom. Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: al-Amin dan IKFA Sunan Kalijaga, 1996. hal. 14.

[4]Hasan Al-Bana. Bai’at Jihad & Dakwah. Yogyakarta: Nurma Idea Media, 2004. hal.103-104.

[5] Rosyidi, Dakwah Sufistik Kang Jalal, Jakarta: Paramadina, 2004. hal.1-2.

[6]Abdul Basit, Dakwah Antar Individu Teori dan Aplikasi, Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama Grafindo Literia Media, 2008. hal. 1.

[7] Ibid, Abdul Basit, Dakwah Antar Individu Teori dan Aplikasi. hal. 7.

[8] M. Arifin. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000. hal. 6.

[9] Fajrul Munawir. M. Jurnal PMI “Dialektika Islam Liberal dan Islam Fundamental”Catatan Pinggir Bagi Desain Pengembangan Masyarakat Islam. Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2003. hal.34.

[10] Asep Saeful Muhtadi. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Logos, 1999. hal. 45.

[11]Opcit. Abdul Basit, Dakwah Antar Individu Teori dan Aplikasi. hal. 2.

[12]Amrullah Ahmad lahir di banjarnegara pada 5 Oktober 1954 seorang pemikir dakwah dan Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. yang masih concern terhadap persoalan-persoalan dakwah Islam di Indonesia.

[13]Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial (Seminar dan Diskusi), Yogyakarta: PLP2M, 1985 : Hal: 12-14.

[14]Amrullah Ahmad, Makalah Konstruksi Keilmuan Dakwah dan Pengembangan Jurusan-Konsentrasi Studi, Unit Fakultas dakwah IAIN Walissongo, Semarang 19-20 Desember 2008.

[15] W.J.S. Poerwadarminta.

[16]Zaenal Arifin. Syi’ar Dedi Mizwar. Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press bekerjasama dengan Unggun Religi. 2006. hal. 24.

[17]Jum’ah Amin Abdul Aziz. Fiqih Dakwah “Prinsip dan Kaidah Asasi Dakwah Islam”, Solo: Era Intermedia. 1997. hal.64.

[18]Hasan Al-bana, Bai’at, Jihad, & Dakwah, Yogyakarta: Nurma Media Idea, 2004, hal. 103

[19] Samsul Munir Amin. Ilmu Dakwah. Bandung: Amzah, 2009, hal. 4.

[20] Muhammad Ali. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa, 1987. hal. 42.

[21] Soekanto, Penelitian…, hal. 12.

[22] Sutrisno Hadi, Metodologi Research II, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hal. 193.

[23] Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2001, hal. 68.

[24] Ibid, hal. 36.

[25]Ibid, hal. 42.